Post : SNSD/ Girls Generation
Title : Tears
Cast : Jessica Jung (SNSD), Lee Donghae (Super Junior)
***
2 minggu kemudian
Jessica duduk di ranjang rumah sakit, sambil menerawang. wajahnya
sangat pucat. bibirnya kering. tubuhnya juga menjadi sangat kurus
sekarang.
“Jessica.. makanlah dulu…” ibu Jessica duduk dibangku samping
ranjang, memegang mangkuk bubur ditangannya. Jessica yang dari tadi
dipanggil ibunya tak bergeming, tetap terdiam.
Ibu Jessica menghela napasnya. ia sedih melihat anak sulungnya yang
menjadi seperti ini. dua minggu yang lalu, ketika mendengar Jessica
kecelakaan, ia dan suaminya yang tinggal di San Fransisco langsung
mencari tiket pesawat dan pergi ke seoul untuk melihat keadaan putrinya
itu.
Jessica sangat terpukul dengan kejadian saat itu. ia jadi menyalahkan
dirinya, dan berkata bahwa semua itu adalah kesalahannya. ia sering
menangis histeris, sambil mengucapkan kata maaf. ia sering berkata bahwa
ia adalah ibu yang jahat, yang telah membuat anaknya tiada.
‘Jessica tetap tidak mau makan..’ Ibu Jessica mengirimkan pesan
singkat kepada Donghae. Jessica memang menolak jika disuruh makan,
walaupun ibunya dan Donghae telah membujuknya. jika ia makan, ia akan
memuntahkan kembali makanan tersebut. begitu juga dengan obat-obat yang
diberikan dokter. Jessica bersikeras tak mau memakannya.
sekarang, untuk menangis saja ia sudah tak punya tenaga. ia jadi lebih sering diam, dan melamun…
‘baiklah bu, aku sudah selesai rapat. aku akan kesana sekarang..’ Ibu jessica membaca balasan pesan dari menantunya itu.
Ibunya menyendokkan bubur dari mangkuk, lalu mengangkatnya kearah jessica. “sica.. kau benar-benar tidak mau makan?”
Seperti sebelum-sebelumnya, Jessica hanya diam, tak menjawab ibunya.
***
“Chagi… bagaimana keadaanmu sekarang?” Sapa Donghae kepada istrinya.
Setelah rapat dikantornya tadi, Donghae langsung bergegas untuk menemui
Jessica.
Donghae melepaskan jasnya, dan meletakkannya diatas meja. Donghae
melangkah mendekati Jessica yang masih terdiam. Ibu Jessica berdiri dari
bangku, dan memberikan mangkuk bubur kepada Donghae.
“Daritadi dia begitu terus. Sebaiknya kau yang membujuknya..” kata
ibu Jessica. Ibu Jessica langsung keluar, meninggalkan Donghae dan
Jessica.
Satu tangan Donghae terulur, mengelus pipi Jessica. “Kau tidak mau
makan, chagi?” Tanya Donghae lembut. Perlahan Jessica menatapnya, sambil
menggeleng pelan.
“Kenapa tidak mau?” Tanya Donghae lagi. Ia menekan suaranya agar
terdengar normal. Melihat kondisi istrinya yang seperti ini membuat
tenggorokan Donghae tercekat.
Jessica menggelengkan kepalanya lagi.
“Kau harus makan, chagi.. Kau tak boleh begini terus..” kata Donghae. Jessica tetap menggeleng.
“Jessica…” panggil Donghae. “kau harus makan.. nanti kau sakit…”
Jessica terdiam, lalu menjawab. “Biar saja…” kata Jessica dengan
suara lemah. “Itu hukuman yang pantas untuk ibu yang jahat sepertiku…”
Suara Jessica terdengar pelan, lemah, dan serak. Mendengar kata-kata
dari istrinya itu, air mata Donghae kembali menetes. Donghae mengulurkan
tangannya memeluk Jessica.
“Kau tidak salah..” Kata Donghae. “Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, sica…”
***
Beberapa minggu kemudian..
Donghae meminta dokter agar mengizinkannya membawa Jessica pulang.
Semakin hari, bukannya keadaan Jessica semakin membaik, malah makin
memburuk.
“Pulang..” gumam Jessica dengan suara seraknya kepada Donghae. “Aku benci disini…” katanya kepada suaminya itu.
Dokterpun mengizinkannya, dengan syarat Jessica harus banyak istirahat dan tetap menjalani rawat jalan.
“Nah sica..” kata Donghae, sambil mendorong kursi roda Jessica.
“Sekarang kita sudah sampai dirumah!” Donghae berusaha ceria didepan
istrinya itu. Jessica sendiri hanya diam, tanpa ekspresi apapun.
Donghae mendorong kursi roda Jessica. Dengan hati-hati ia menggendong
istrinya itu menaiki tangga, karena kamar mereka berada di lantai 2.
Setelah sampai dikamar, Donghae membaringkan tubuh istinya itu diranjang
mereka. “Sekarang, kau harus istirahat dulu, chagi..” kata Donghae
sambil menyelimuti Jessica.
Donghae mengecup lembut dahi istrinya itu,
dan memandang cukup lama wajah istrinya yang sudah terlelap.
“Semua akan baik-baik saja..” bisik Donghae. Ia mengelus kepala Jessica dengan lembut. “Semuanya pasti akan baik-baik saja…”
Percayalah, sica…
***
Jessica terbangun dari tidurnya. Ia merasa terlalu capek hanya untuk
mencoba bangkit dan duduk, jadi ia hanya tetap berbaring. Matanya
memandang langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Langit-langit
kamarnya dengan Donghae…
Jessica mengerjapkan mata, dan menolehkan kepalanya kesamping.
Donghae masih terlelap disamping Jessica, sepertinya Donghae sangat
kelelahan.
“Maaf..” bisik Jessica sambil terus menatap wajah tidur Donghae. Air
mata Jessica pun menetes. “Maaf…” Jessica merasa bersalah, sangat
bersalah. Apalagi kepada Donghae. Mereka sudah menanti-nanti mendapatkan
anak sejak 5 tahun lalu, tapi ketika Tuhan memberinya anak, dengan
cerobohnya Jessica membuat anaknya itu tiada..
Jessica kembali mengingat kejadian itu…
Saat itu ia baru selesai menelepon Donghae. Ia sedang berada disebuah
toko khusus peralatan bayi. Sambil menenteng kira-kira 5 kantong
belanjaan berisikan peralatan bayinya yang baru dibayarnya, Jessica
menoleh kearah sebuah lemari berisikan boneka beruang yang sangat imut,
kira-kira ukurannya 50cm. Jessica sangat suka dengan boneka imut itu.
Jessica bertanya kepada pelayan untuk mengambilkan boneka beruang itu,
dan segera membelinya.
Jessica berjalan sambil memeluk boneka beruang yang baru dibelinya
itu. Dibelakangnya, seorang pelayan pria membantunya membawakan kantung
belanjaannya.
“Gamsahamnida..” kata Jessica setelah pelayan itu memasukkan belanjaan Jessica kedalam mobil.
“Uh.. maaf nyonya.. tapi apakah anda menyetir sendiri?” Tanya pelayan
itu, sambil memperhatikan kondisi perut Jessica yang besar.
Jessica tersenyum. “Ya, tapi tak apa-apa kok.. terima kasih, ya..” Jessica memberikan pelayan itu uang tip.
“Ah.. baiklah..” Kata pelayan itu. Pelayan itu membantu Jessica masuk
kedalam mobil, lalu menutup pintu itu. Ia lalu membungkuk kearah
Jessica.
“Ah, baik sekali pelayan itu..” gumam Jessica. Ia mengelus perutnya. “Nah, sayang, saatnya kita pulang!”
Jessica menyalakan mesin mobilnya, lalu segera pergi.
“Uhh.. sabuk pengaman ini sangat mengganggu..” gumam Jessica sambil
menyetir. Ia melihat jalanan yang sedang sepi. “Ah, lebih baik
kulepaskan saja..”
Jessica melepaskan sabuk pengaman dengan satu tangannya. Ketika sibuk
melepaskan sabuk pengaman itu, tiba-tiba sebuah mobil dari arah
berlawanan tampak melaju dengan kencang. Jessica kaget dengan mobil itu
yang kini kira-kira berada 5 meter didepan mobilnya. Sepertinya
pengemudi mobil itu mabuk.
“AAAAAHHHHHHHHHH!!!!” Teriak Jessica. Ia membanting stir mobilnya, dan membelokkannya kearah kanan. Dan…
BRAAKKKKKKK!!!!
mobil Jessica pun dengan kerasnya menghantam pembatas jalan.
Pandangan Jessica langsung gelap seketika.
Lalu setelah ia bangun, ia sudah berada disebuah kamar rumah sakit…
Jessica menggingit bibirnya. Ia merasa bodoh, merasa sangat bodoh dengan perbuatan cerobohnya saat itu.
“Tidak..” gumam Jessica. “Aku tidak mau mengingatnya lagi..” Jessica menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dengan perlahan dan sekuat tenaga yang ia miliki, Jessica beranjak
bangun dari tempat tidur. Ia menoleh sebentar menatap Donghae yang masih
tetap tertidur, lalu dengan pelan ia keluar dari kamar..
***
“Hoamh..”
Donghae menguap. Perlahan, matanya yang tadi terpejam , terbuka.
Matanya itu langsung menyipit karena belum terbiasa dengan cahaya
matahari yang masuk dari sela-sela jendela kamar. Ia menoleh kesamping.
Seharusnya disampingnya Jessica ada disitu, masih tertidur. Tapi Jessica
tak ada disampingnya.
Sadar Jessica tak ada, Donghae langsung terlonjak bangun.
“Chagi..” Panggil Donghae. “Chagi.. kau dimana?”
Donghae memeriksa kamar mandi, mungkin Jessica berada disana. Namun
kosong. Dengan cepat Donghae menuruni tangga dan pergi kearah dapur.
Disana ia juga tak menemukan Jessica.
Donghae langsung menjadi cemas. Ia takut terjadi apa-apa dengan istrinya itu.
“Jessica? Jessica! Kau dimana?” panggil Donghae. Ia berlari kearah
ruang keluarga, ruang tamu, bahkan sampai ke taman belakang, tapi ia
juga tak menemukan Jessica. Ia sudah berkeliling kerumahnya yang luas
itu, namun tetap tak menemukan Jessica.
Rasa cemas Donghae semakin menjadi-jadi.
Dengan cepat Donghae mencari ponselnya dan menekan nomor telepon ibu
Jessica. Dan saat itu juga ia baru sadar ada satu tempat yang belum ia
periksa.
Donghae berjalan naik tangga kelantai 2 rumahnya, dan berlari kesisi yang berlawanan dari arah kamarnya dan kamar Jessica.
Donghae sampai disebuah ruangan. Ruangan yang seharusnya akan menjadi kamar anak mereka…
Donghae membuka pintu kamar yang berwarna putih itu. baru satu
langkah ia masuk kedalam kamar, ia sudah disambut (?) dengan warna-warna
cerah di dinding kamar itu, peralatan bayi yang sangat banyak, lemari
penuh boneka, lemari pakaian besar, sebuah ranjang, dan disamping itu
terdapat tempat tidur khusus bayi dari kayu yang waktu itu dibelinya
bersama Jessica…
Dan Donghae menemukan Jessica tertidur disamping tempat tidur bayi
itu, dengan dahi yang disandarkan di kaki tempat tidur itu (?)
“Jessica..” Donghae berjongkok dan menyandarkan kepala Jessica
didadanya. “Chagiya.. kenapa tidur disini,?” Tanya Donghae. Ia sedikit
merasa lega karena sudah menemukan Jessica.
“Chagiya..” Donghae mengelus pipi Jessica, namun Jessica masih tetap tertidur.
Merasa aneh karena tak direspon Jessica, Donghae mulai menggoyang-goyangkan tubuh Jessica pelan, mencoba membangunkannya.
“Sica.. Jessica.. ayo bangun.. jangan tidur disini..”
“Jessica.. bangun…”
“Jessica… kau tidak apa-apa??”
Rasa panik mulai menjalar disekujur tubuh Donghae. “Jessica..” Donghae menepuk pelan pipi istrinya yang pucat itu.
Walaupun sudah berusaha membangunkan istrinya itu, Jessica tetap tertidur……..
TBC
Maaf ya kalo kependekan (?)
soalnya aku lagi sibuk ama ulangan+tugas2 disekolahan >,< *halahh
hope you like it ^^
0 komentar:
Posting Komentar
jika ingin komentar,tolong sopan dan jangan menggunakan kata-kata yang kotor