Post : SNSD/ Girls Generation
Tears Part 4
Donghae sangat cemas saat menemukan Jessica pingsan dikamar anak mereka. Ia takut kalau terjadi apa-apa dengan istrinya itu.
“Bagaimana keadaannya, dokter?” Tanya Donghae pada dokter yang sedang
memeriksa Jessica. Setelah menemukan Jessica pingsan, dengan cepat
Donghae langsung menelepon dokter itu.
“Keadaan Nyonya Lee semakin buruk, Tuan Lee. Apalagi ia tidak mau
makan, jadi tak ada asupan makanan yang masuk kedalam tubuhnya.
Seharusnya ia masih dirawat di Rumah Sakit agar bisa cepat ditangani
jika hal seperti ini terjadi lagi..”
Donghae yang mendengar penjelasan dokter hanya tertunduk memandangi wajah istrinya yang belum sadarkan diri. Ia mendesah.
“Apa yang harus saya lakukan, dokter?” Tanya Donghae putus asa.
Dokter itu memandang Donghae dengan tatapan iba. “Jika memang Ny. Lee
sendiri yang ingin tinggal dirumah, sebaiknya kita suruh salah satu
suster untuk membantu merawatnya disini…”
“Baiklah dok..”
Beberapa hari kemudian…
“Nyonya.. seharusnya nyonya makan…” Seorang suster yang ditugaskan
merawat Jessica sedang berusaha membujuk Jessica untuk makan. Jessica
menggeleng.
“Nyonya.. nanti nyonya tak bisa sembuh kalau tidak makan.. nyonya
juga belum minum obat..” Suster itu mendekatkan sendok kemulut Jessica,
tapi Jessica menepis tangannya.
“SUDAH KUBILANG, AKU TIDAK MAU MAKAN!!” Teriak Jessica. Jessica berusaha bangkit dari tempat tidur, lalu keluar dari kamarnya.
Suster itu mendecakkan lidah. Ia menekan ponselnya, menelepon Donghae.
“iya. Halo?”
“Maaf mengganggu tuan. Tapi Ny. Jessica tetap tidak mau makan.. bagaimana ini?”
“Kau sudah coba membujuknya?”
“sudah tuan, tapi tetap dia tidak mau makan..”
Lalu terdengar suara desahan napas Donghae. “baiklah.. biar nanti aku saja yang mencoba membujuknya.”
***
Jessica membuka pintu kamar calon bayinya. Ia masuk kedalam kamar dan
menutup pintu kamar. Jessica duduk diranjang double bed dikamar itu,
sambil mengelus seprai bermotif mickey mouse yang lembut. Pandangan
Jessica menangkap boneka beruang besar yang saat itu dibelinya, ia lalu
mengambil boneka itu dan memeluknya.
Mata Jessica memandang pigura-pigura foto yang tertempel didinding.
Terdapat foto-foto dirinya dan Donghae disana. Foto-foto dirinya dan
suaminya itu saat masa kehamilan, foto Donghae mengecup perutnya yang
buncit, foto Jessica yang sedang mengelus perutnya…
Masih banyak dinding yang belum dipasangi pigura, karena Jessica
sengaja menyisakannya untuk foto anaknya nanti.. Jessica sengaja membeli
sekardus pigura foto, yang seharusnya dipasangi foto bayinya itu…
Air mata Jessica menetes lagi. Ia memeluk boneka beruang itu erat, seakan-akan boneka itu adalah anaknya sendiri…
Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Donghae masuk, masih memakai jas kantornya.
“Ternyata kau disini, chagi..” Donghae tersenyum. Ia duduk disamping istrinya itu, lalu mengecup dahinya.
“Aku ingin suster itu pergi..” ucap Jessica langsung.
“Kenapa?”
“Aku tidak suka dia disini..” Jessica berkata, tanpa menatap Donghae. “dia cerewet sekali. Aku tidak suka..”
“Tapi sayang..” kata Donghae. “Jika dia tidak disini, nanti siapa yang merawatmu?”
“Aku tidak peduli. Aku mau dia pergi.. aku tidak suka dengannya. Aku
benci” Jessica menatap mata Donghae. Donghae yang kaget karena Jessica
menatapnya, langsung memalingkan wajah. Hatinya terasa tertusuk jika
melihat mata besar dan hitam Jessica yang seperti tak punya semangat
hidup.
“Tapi sica..” Donghae mencoba menyentuh istrinya itu, tapi Jessica menepis tangannya.
“Aku benci dia..” kata Jessica dingin.
Donghae terenyak. Ia tak suka mendengar suara dingin Jessica. Ia tak suka mendengar suara serak Jessica sekarang…
“baiklah..” ucap Donghae kemudian. “Aku akan menyuruhnya pergi.. tapi
kau harus makan, chagi.. arrasseo?” Donghae memeluk istrinya itu.
Donghae merasakan Jessica menganggukkan kepalanya sekali, lalu mempererat pelukannya.
***
SREEEKKK
Ibu Jessica menarik tirai jendela (?) kamar Jessica dan Donghae.
Sudah seminggu ibu Jessica menginap dirumah HaeSica, untuk menjaga anak
sulungnya itu. Sebelumnya, Ibu Jessica menginap diapartemen Krystal.
Ayah Jessica sendiri terpaksa kembali ke San Fransisco untuk mengurus
perusahaannya disana.
“Jessie…. Bangun..” Ibu Jessica mengelus rambut anak sulungnya yang
sekarang menjadi kusut karena sudah tak dirawat. “Ayo mandi..”
Sedangkan Donghae dari semalam tak pulang, karena harus lembur dikantornya.
Jessica terbangun dari tidurnya. Ia menatap ibunya, lalu menuju kekamar mandi tanpa mengucapkan satu katapun.
Ibu Jessica sangat sedih dengan keadaan anak sulungnya itu. Ia
semakin pendiam. Ia semakin depresi dengan kejadian itu. Ibu Jessica
menghela napas.
“Tuhan.. tolong berikan yang terbaik untuk anakku…”
***
Dari hari ke hari, keadaan Jessica semakin parah. Ia sudah jarang
bicara, ia tak seperti dirinya yang dulu lagi. Ia seakan ‘membunuh’
dirinya yang dulu. Sekarang, hanya ada Jessica yang pendiam dan dingin…
Sementara Donghae sendiri, seakan berusaha sesibuk mungkin dikantor.
Ibu Jessica ingin sekali menegurnya, beliau ingin berkata bahwa
seharusnya ia lebih sering dirumah, tapi ibu Jessica tahu. Sebenarnya
menantunya itu depresi dan stress karena sedih dengan keadaan Jessica,
makanya ia menyibukkan diri…
Jessica dengan pelan kembali masuk kedalam kamar calon bayinya, entah
ia lebih sering menghabiskan waktunya dikamar itu. hanya diam sambil
menerwang, dengan boneka beruang dipelukannya.
Jessica menatap boneka itu, lalu tersenyum. Cara ia tersenyum sangatlah aneh.
“Bayiku…” gumamnya. “hehehe.. bayiku…”
Ia memandang boneka itu lama, sampai tiba-tiba ibu Jessica datang membawa nampan berisi makanan.
“Jessie.. makan siang dulu..” kata Ibu Jessica. Jessica melihat
ibunya hanya membawa satu mangkuk bubur dan segelas air. Ia hanya diam
saja.
“Eomma pergi ke supermarket dekat sini dulu ya..” kata Ibunya. Jessica mengangguk.
Setelah Ibu Jessica pergi, Jessica mendudukkan boneka beruang yang
ada dipangkuannya tadi ke kereta bayi, lalu ia mengambil mangkuk bubur.
Ia menyendokkan bubur dan menyodorkannya kearah mulut si boneka, seakan
ingin menyuapinya.
“Ayo makan…” kata Jessica.
Jessica sudah menunggu cukup lama, tapi ia tak mendapat respon.
“Kau tidak mau makan..?” tanya Jessica kepada si boneka. “Kau mau aku yang makan..?”
Jessica tersenyum aneh lagi. “baiklah… eomma yang akan memakannya….”
Jessica memakan bubur itu sampai habis.
“Eomma sudah memakannya sampai habis. Kau tidak akan menyesal, kan…?”
tanyanya lagi kepada si boneka. tapi tentu saja, ia tak mendapat respon
apapun dari boneka itu.
Jessica tersenyum, lalu lama kelamaan senyumannya memudar, dan wajahnya kembali datar…
***
Donghae baru saja pulang dari kantornya. Ia merasa kepalanya sangat
sakit. Urusan dikantornya membuat tenaganya seakan terkuras banyak.
Donghae masuk kedalam kamarnya, namun ia tak menemukan istrinya,
Jessica. Baru saja ia ingin memanggil Jessica, tiba-tiba terdengar suara
keras dari kamar calon bayinya.
PRANGGGGG!!!!
Dengan cepat Donghae berlari menuju kamar itu, dan menemukan Jessica
sedang membanting pigura-pigura fotonya yang terpajang dinding. Jantung
donghae seakan berhenti berdetak melihat istrinya itu membanting foto
mereka berdua, saat masa kehamilan Jessica itu.
“Buang! BUANG SEMUA INI!!!!”
PRANGGG!!!!
Jessica berteriak sambil membanting-banting pigura besar dengan foto
Jessica dan Donghae tersenyum kearah kamera, dengan perut Jessica yang
buncit.
“Aku benci.. AKU BENCI!!!!” Jessica membanting, menendang, dan
menginjak pigura-pigura yang berserakan dilantai. Jessica seakan tak
peduli ketika kakinya mengeluarkan darah, karena terken pecahan kaca.
Donghae yang tadi mematung sesaat, langsung tersadar dan segera
menahan istrinya itu. Ia memeluk Jessica, berusaha menghentika Jessica
ketika Jessica baru saja ingin mengambil pigura lainnya untuk dibanting.
“LEPAS!! LEPASKAN AKU!!!” Teriak Jessica. Wajah Jessica memerah, pipinya basah karena air mata yang meluncur dengan deras.
“Jessica.. berhentilah..” Donghae merasa ingin menangis melihat
kelakuan istrinya itu. ia sekuat tenaga memeluk Jessica yang sekarang
meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Jessica berteriak-teriak sambil
menendang, memukul dan entah apa lagi untuk meloloskan diri.
“LEPASKAN AKU!! AKU BENCI ITU! BUANG SEMUA ITU! BUANG!!!” Teriak Jessica dengan suara kencang!
“Jessica… berhentilah!”
“TIDAK.. AKU BENCI… BUANG SEMUA ITU!! AKU TIDAK SUKA! BUANG!!!!!” Jessica masih meronta-ronta. Ia memukul-mukul Donghae.
“BERHENTILAH SEPERTI INI, JESSICA!” Bentak Donghae. Jessica langsung terdiam dipelukan donghae. Air mata masih tetap mengalir.
“Jangan seperti ini Jessica… aku mohon..” air mata Donghae juga sudah
menetes, ia menangkup pipi Jessica dengan kedua tangan. Ia menatap mata
Jessica yang hitam kelam itu, dan saat itu juga Donghae merasa sekujur
tubuhnya kesakitan. Hanya karena menatap mata Jessica yang penuh dengan
keputus-asaan.
“Aku mohon sica.. aku mohon…” Donghae memeluk Jessica. Sedangkan Jessica hanya diam,…
Setelah keadaan menjadi tenang, Donghae mengajak Jessica duduk dan mengobati kaki Jessica yang penuh luka.
Donghae merasa dirinya yang kesakitan saat mengobati kaki Jessica
itu. ia seakan tak tahan ketika ada serpihan kaca kecil kira-kira
berukuran 3 cm tertancap dikaki Jessica. Ia menggigit bibirnya, berusaha
menahan air mata yang akan tumpah dan juga berharap jika ia seperti
itu, dadanya tak akan terasa perih lagi.
Jessica pasti kesakitan.
Donghae merasa ingin menukarkan dirinya agar ia yang merasakan kesakitan
itu, bukannya Jessica. Bisakah seperti itu, Tuhan?
Sedangkan Jessica? Ia hanya diam dengan wajah datar sambil melihat
kakinya yang diobati Donghae. Ia tak meringis, ia tak mengaduh
kesakitan, ia hanya diam. Seakan-akan Jessica sudah mati rasa.
Seakan-akan Jessica tak merasa dirinya terluka…
Karena menurutnya, Hal kecil ini tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakitnya saat harus kehilangan bayinya…
***
Donghae terlihat gundah. Ia mengacak-acak rambutnya, frustasi. Ia
kembali mengingat kejadian kemarin, saat dirinya melihat Jessica
memabnting pigura-pigura foto itu…
Tuhan.. apa salahku? Teriak Donghae dalam hati.
Melihat keadaan Jessica kemarin, entah membuat hati Donghae terasa
campur aduk. Ia seakan-akan habis tusuk dengan ribuan pisau, karena
sekujur tubuhnya terasa sakit melihat kelakuan Jessica.
Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangannya, dan seorang wanita
memakai blazer berwarna hitam dan rok ketat warna senada yang sangat
pendek, masuk kedalam ruangannya dengan senyuman centil.
Wanita itu ada Sunye, yang tak lain adalah sekretaris Donghae.
“Ini ada berkas-berkas yang harus ditanda tangani, presdir..” Kata Sunye.
Donghae dengan malas menerima berkas itu dan memeriksanya. Lalu ia mengambil pulpen dan menandatangi berkas-berkas tersebut.
Sunye yang sedari tadi memperhatikan Donghae langsung bertanya.
“Pak presdir.. anda kenapa? Sepertinya anda kelelahan..” kata Sunye dengan nada simpatik yang dibuat-buat.
“Ya, begitulah. Ini berkasnya” Donghae mengembalkan berkas itu kepada
Sunye. Sunye tak langsung pergi dari ruangan Donghae, tapi ia malah
berjalan mendekati Donghae.
“Maaf, presdir. Tapi apakah anda belum makan siang? Anda kelihatan
sangat pucat. Apakah anda sakit?” Sunye baru saja ingin menyentuh dari
Donghae, tapi Donghae menepisnya.
“aku tidak apa-apa, Sunye-ssi, sebaiknya anda keluar sekarang..”
“Ah.. maaf.. tapi.. sepertinya anda punya suatu masalah..”
Donghae mendelik kearah Sunye. Sunye balas dengan menatap Donghae tanpa ragu.
Sunye tersenyum lebar. “saya bisa menjadi tempat curhat anda jika
anda berkenan..” katanya dengan manis.
“saya tahu anda punya masalah.
Anda bisa cerita kepada saya. Jika saya bisa, saya pasti membantu..”
Donghae menatap Sunye yang menatapnya dengan lembut. Donghae menghela napasnya.
TBC
Gimana readers? semoga gak tambah gaje yaa >,<
dicomment ya :) gomawo :)
0 komentar:
Posting Komentar
jika ingin komentar,tolong sopan dan jangan menggunakan kata-kata yang kotor